Detail Info Terkini

Sejak teridentifikasi akhir tahun lalu, saat ini penularan virus corona masih terus meluas di berbagai negara. Da dengan semakin meningkatnya kasus Covid-19 Di Provinsi Jabar ini meminta warga untuk beradaptasi terkait penggunaan masker sebagai bagian dari Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di masa pandemi Covid-19.

Termasuk juga beradaptasi dengan imbauan untuk tidak menggunakan masker berbahan scuba dan masker buff yang dinilai tidak efektif menangkal droplet (percikan pernapasan yang muncul saat bicara, bersin atau batuk).

Berdasarkan penelitian Universitas Oxford, kain katun mempunyai tingkat ketahanan dari penularan virus corona sebesar 70 persen. Dan berbagai penelitian dilakukan 14 April 2020, Peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr Eng Muhamad Nasir menjelaskan dasar pengujian kinerja utama masker. Ia memaparkan, ada tiga tahapan pengujian kinerja utama masker yakni:

  1. Uji filtrasi bakteri (bactrial fitritation efficiency)
  2. Uji filtrasi partikulate (particulate filtration efficiency)
  3. Uji permebilitas udara dan pressure differential (breathability dari masker)

Masker  kain dengan bahan lentur seperti scuba, saat dipakai akan terjadi perenggangan bahan sehingga kerapatan dan pori kain membesar serta membuka yang membuat permeabilitas udara menjadi tinggi. Hal tersebut membuat peluang partikular virus untuk menembus masker semakin besar.


Melansir Healthline, 14 Sptember 2020, buff juga disebut tak memberikan perlindungan yang efektif terhadap penyebaran virus corona. Studi dari Duke University di Carolina Utara, Amerika Serikat, para peneliti menyimpulkan bahwa buff tak efektif memblokir droplet atau tetesan pernapasan yang keluar dari mulut, di mana menjadi salah satu jalur masuk penularan virus corona Covid-19. Sehingga, saat orang berbicara dan droplet keluar dari mulut, risiko penularan penyakit tetap tinggi.

 

"Kami mengamati bahwa jumlah droplet meningkat saat orang memakai buff. Kami yakin, bahan yang digunakan pada buff dapat memecah droplet menjadi partikel berukuran lebih kecil. Hal ini membuat pengguna buff menjadi kontraproduktif, karena tetesan yang lebih kecil lebih mudah terbawa udara dan membahayakan orang di sekitar," jelas pemimpin studi Duke University, Martin Fischer.

Peneliti di Pusat Biomaterial LIPI, Dian Burhani, S.Si, M.T mengungkapkan, salah satu faktor yang menentukan efektivitas masker untuk mencegah penyebaran virus corona adalah ukuran pori material bahan. "Virus corona ini kan ditularkan melalui droplet. Jadi, agar efektif memang ukuran pori bahan masker harus lebih kecil dari ukuran droplet," kata Dian, seperti diberitakan Kompas.com, 16 September 2020. Ia menambahkan, jika dibandingkan dengan masker N95 yang porinya 14 mikron, masker berbahan scuba mempunyai pori yang lebih besar, sekitar 30-40 mikron. Selain ukuran porinya lebih besar, hal lain yang membuat masker scuba diragukan efektivitasnya karena masker hanya satu lapis. "Kalau hanya memakai masker satu lapis, khawatir droplet menempel pada bagian luar masker dan lama-lama meresap melalui pori masker, yang kemudian akan langsung mengenai mulut dan hidung kita, selain masker N95 dan masker bedah, masker yang terbilang efektif mencegah penularan virus corona yaitu masker katun tiga lapis, karena setiap bagian masker memiliki fungsi perlindungan masing-masing." lanjut Dian.
 

Dengan adanya berita tersebut kita harus tetap waspada dalam menjaga kesehatan tubuh dan menjaga kekebalan tubuh kita dari virus, berbagai aturan dan larangan pun semakin diperketat oleh pemerintah dalam aturan keprotokolan.

 

Share:

Tags: